Akhirnya luluh juga kemalasanku untuk menulis sesuatu di dinding blog ini.. *setelah lima bulan selalu terjebak dalam rutinitas dan segala macam alasan*

Dua bulan yang lalu, sebuah berita gembira hadir di tengah keluarga kecil kami. Alhamdulillah, akhirnya seorang bayi putri mungil, yang kami beri nama Eiliyah Safiya Kanza, lahir dari rahim istriku melalui sebuah proses c-section yang singkat (sekitar 40 menit) di Uchida Maternity Clinic, sebuah klinik bersalin swasta yang lokasinya dekat dengan apartemen kami. Well, operasinya sih singkat tapi masa nunggunya lumayan lama (kurang  lebih 56 jam terhitung dari masa pecahnya air ketuban). Setelah proses persalinan berakhir, istriku beserta bayi kami harus menginap selama 10 hari untuk pemulihan kondisi sekaligus berpartisipasi dalam parental training.

Begitu banyak peristiwa yang terjadi pada saat itu. Semuanya adalah hal yang baru bagi kami (karena ini adalah anak pertama) dan luar biasanya lagi tidak ada seorang pun dari orang tua kami yang secara fisik menemani pada saat menyongsong sang buah hati (Untungnya saat ini sudah ada sarana telekomunikasi antar negara sehingga aku bisa memberikan laporan pandangan mata untuk orang tua dan mertua.. hehehe). Tapi terlepas dari itu semua, mungkin yang paling berkesan bagiku adalah pada saat dokter penanggung jawab persalinan memberitahukan pada kami bahwa istri tercinta mesti menjalani c-section (caesarian sectio; operasi caesar). Kami yang pendatang baru di parenting field ini pun kaget bukan kepalang karena mesti disuguhkan pada pilihan yang cukup menakutkan (at least bagiku operasi model ini punya resiko yang cukup tinggi). Apalagi ditambah dengan kenyataan bahwa kemampuan bahasa Jepang kami luar biasa amburadulnya sehingga kesan horor pun teramplifikasi 3 kali lipat karena proses transfer informasi dari dokter ke kami jadi agak tersendat (jika tidak ingin dikatakan, macet 70%.. hehehe)..

Jika ingin jujur, aku betul betul cemas pada saat itu. Bagaimana tidak? selain kami tidak punya pengalaman dalam hal yang satu ini, tak ada satu pun keluarga yang (secara fisik) dapat menemani pada saat itu. Belum lagi, sering terdengar kabar bahwa persalinan via c-section seringkali berujung pada tragedi. Huff.. Tanpa embel-embel rendahnya persentase keselamatan ibu dan bayi pun, aku sudah keringan dingin duluan. Pokoknya, dari seluruh kecemasan yang pernah terjadi dalam hidupku, kecemasan inilah yang paling tinggi tingkatannya.

Tapi, disinilah kemudian aku melihat sebuah keberanian sejati dan memahami makna sebuah tanggung jawab. Ya.. Keberanian dan tanggung jawab.. Entity abstrak yang mungkin selalu kita ucapkan dan senantiasa ramai terdengar di seluruh penjuru mata angin itu teruji nyata pada momen indah yang satu ini. Well, jika tak percaya, cobalah rasakan sendiri.. 🙂