Tepat pada tanggal 13 januari 2012, sebuah email hinggap di layar Microsoft Outlook Web App-ku. Email yang singkat tersebut pada prinsipnya mengabarkan bahwa academic record hasil jerih payahku semasa melanjutkan studi S2 di JCU Australia telah dikirim ke alamatku di Makassar dan sebentar lagi Degree Certificate (ijazah)ku juga akan dikirimkan. Khusus untuk wisuda, aku memilih untuk in absentia (tidak hadir saat event tersebut diselenggarakan) sehingga ijazahku akan disahkan pada saat University Council Meeting diselenggarakan pada tanggal 28 Februari 2012. Padahal setelah mengumpulkan tesisku kepada supervisor pada tanggal 28 Agustus 2011, aku langsung kembali ke Makassar untuk menggeluti tugas-tugasku sebagai seorang dosen abdi negara di Fakultas Farmasi Universitas Hasanuddin. Jika dihitung-hitung, dari saat mengumpulkan tesisku pada supervisor sampai ijazah dan academic recordku disahkan, perlu waktu sekitar 6-7 bulan. Sungguh waktu yang lama bukan?

Mengapa demikian?

Selidik punya selidik, nilai tesis ternyata baru berhasil aku peroleh pada tanggal 11 januari 2012 atau sekitar enam bulan setelah submit tesis ke supervisor. Ini dikarenakan para reviewer tesisku perlu waktu untuk menguji keabsahan konten sekaligus masalah plagiarisme yang cenderung menjadi penyakit akademik.  Ditambah lagi libur natal dan tahun baru yang “menyempitkan” waktu kerja para reviewer tersebut (libur natal di Australia tidak seperti libur natal kita di Indonesia. Di sana mereka pada umumnya libur dari akhir November sampai awal Februari tahun selanjutnya). Tapi gak apa-apalah. Setidaknya tesisku diterima tanpa cacat akademik, memperoleh nilai yang sangat memuaskan, dan mengantarkanku untuk memperoleh gelar Master of Biomedical Sciences dari James Cook University, Australia. 🙂

Tesisku berjudul “Molecular Epidemiology of Chelonid Fibropapilloma-Associated Herpesvirus in Australia” dan terdiri atas enam chapter. Ia merupakan kumpulan tulisan hasil kerja keras selama berbulan-bulan yang dibangun dari secuil demi secuil ilmu pengetahuan . Dia adalah saksi bisu dari proses pembelajaran. Ada rasa stress, kecewa, sedih, penasaran dan bahagia didalamnya.

Menulis tesis sungguh tidak membahagiakan. Setidaknya bagiku. Bagaimana tidak? Baru nulis sedikit saja mata sudah mulai tidak mau bekerjasama. Rasa-rasanya ingin selalu merapat ke kasur. So, sebaiknya jauhkanlah kasur dari lokasimu mengetik skripsi atau tesis. Jika tidak, kamu akan sukses memilih kasur empuk itu daripada tesismu. Jika tidak percaya, boleh dicoba deh..  🙂

  

NB:

Setelah inaktif selama kurang lebih enam bulan dari blog ini, akhirnya aku kembali memiliki kekuatan dan kesempatan untuk melanjutkan kembali tulisan ini. Untuk para penulis, durasi kekosongan ini merupakan sebuah fase yang sangat tidak diinginkan. Terlebih lagi, sangat susah untuk melawannya.. 😀